Setiap ada kejadian kita selalu coba memulai dengan mencari sebabnya, biasanya orientasi kita mengarah pada soal perawatan, perlakuan ataupun karena terlambatnya waktu untuk menangani. Sering kejengkelan terlontar karena semua perawatan yang seharusnya bahkan istiwema sudah dilakukan.
Berikut contoh beberapa kejadian yang kadang kita tidak tahu jawabnya :
1. Burung tiba tiba mati padahal kondisi terakhir baik bahkan performanya bagus
2. Burung sakit dan sulit disembuhkan
3. Burung lesu dan cenderung malas malasan
4. Berkicau sekenanya atau hanya berkicau dimulai dengan mendengar suara lain
5. dsb
Pertanyaan yang biasa keluar mengapa itu bisa terjadi, sedangkan perawatan dan pemantauan tidak kurang. Yang kita ulas ini bukan berkaitan dengan soal makanan, obat ataupun perawatannya.
Saya hanya sekedar share dan ini hanya merupakan pendapat pribadi :
Burung tidak akan kuat menerima sugesti manusia yang berlebihanMengapa saya katakan demikian? sebenarnya ini mencakup lebih luas pada semua binatang, karena manusia diyakini sebagai makluk yang paling sempuna
Coba kita kilas balik kejadian yang kita alami atau paling tidak pernah kita temui, contohnya :
1. Beberapa burung piaraan kita apabila ada yang bermasalah atau bahkan mati mengapa kebanyakan terjadi pada burung yang terbaik dan paling kita harapkan, mengapa bukan burung yang sortiran saja, padahal burung tersebut mendapat perawatan dan pantauan yang baik
2. Sering kita dengar berita, Ini burung sudah ditawar sekian Rp... tidak diberikan, ternyata esok harinya mati
3. Burung dengan keturunan bagus dan diharapkan dapat mengangkat nama atau paling tidak bisa menunjukkan kualitasnya ternyata kalah dengan burung lain yang kita punya dengan kualitas seadanya, padahal keduanya dibedakan perawatannya
4. Burung induk yang bagus dengan harga mahal sering terjadi kurang produktif bahkan ada yang menyalahkan asal burung dan perawatan sebelumnya
Beberapa contoh itu mungkin bisa mewakili kita untuk menoleh dan koreksi. Sebenarnya sugesti kita berharap lebih untuk terjadi pada burung kesayangan kita akan mempunyai pengaruh pada burung bersangkutan. Bahasa burung kita memang tidak tahu tetapi hal yang tidak nyatapun banyak terjadi dan kita rasakan. Secara langsung ataupun tidak efek beban dan harapan pemilik yang berlebihan akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup burung itu. Mungkin kalau burung bisa berkata pastilah akan protes akan beban berat yang disandangnya, juga tidak akan terima meskipun disangkar emas dan makanan yang berlimpah. Lalu bagaimana dengan pedagang, tentu penafsiran kita bahwa si burung juga tahu dan masih berharap mendapat tuan yang baik, sehingga meskipun beban ada tetapi harapan juga ada.
Sekali lagi ini hanya pendapat pribadi saya, boleh anggap ini hanya sebuah mitos namun yang mungkin mempunyai pengalaman yang serupa boleh kita buka lagi dengan cara yang wajar dan tidak membeda-bedakan perlakuan dan kasih sayang pada burung kesayangan. Tujuan boleh ditetapkan, mungkin porsi pembebanan sugesti kita usahakan yang seimbang sehingga semua mendekati yang diharap. Perlakuan yang tidak seimbang banyak resikonya, bahkan tikuspun akan memilih mana burung terbaik untuk dimakan, belum lagi incaran dan kecemburuan untuk memiliki dari luarpun turut mengancam
Falsafah Jawa menyebut seorang pria Jawa memiliki kehidupan yang sempurna atau lengkap bila memiliki 5 hal yaitu : Curigo, Wismo, Turonggo, Kukilo dan Garwo. Burung atau 'Kukilo' sebagai syarat genapnya sebuah kehidupan seorang pria, tetapi penalaran itu tentu dalam konsep hobi dan klangenan sehingga diharapkan dapat melengkapi kehidupan yang seiring dan seimbang, bukan dibebani target yang berlebihan.
.